Dr. Art Rosenfeld, ilmuwan dari Lawrence
Berkeley National Laboratory menemukan solusi untuk mengatasi panas
tinggi yang selalu memanggang penduduk dan pengunjung kota-kota di dunia
saat musim panas.
Konsepnya berawal dari suhu permukaan.
Pada dasarnya, permukaan yang gelap, seperti aspal dan acuan semen
menyerap radiasi cahaya matahari dalam jumlah besar. Jika tidak ada
bantuan efek pendinginan dari pepohonan yang teduh dan rindang, wilayah
yang ditutupi oleh aspal di perkotaan akan menjadi layaknya tempat
penampungan dan penyerapan panas raksasa.
Akibatnya, saat tengah hari, suhu di
perkotaan bisa mencapai 10 derajat lebih tinggi dibanding
wilayah-wilayah di sekitarnya. Fenomena ini oleh Dr Rosenfeld disebut
dengan “efek pulau panas atau heat island effect.”
Solusinya, menurut Dr. Rosenfeld bisa
dimulai dari atap. Jika Anda mengecat atap Anda dengan warna putih
sebagai ganti warna hitam, sinar matahari akan dipantulkan kembali ke
angkasa, tidak disimpan di dalam bangunan. Hal itu karena permukaan
berwarna putih memiliki tingkat “albedo” (daya refleksi) yang lebih
tinggi dibanding permukaan yang berwarna hitam.
Masyarakat di wilayah Mediterania telah
mengetahui konsep ini selama berabad-abad. Hal ini bisa kita lihat dari
desain kota-kota kuno di perbukitan Yunani. Saat ini, atap-atap bangunan
di wilayah perkotaan mewakili 20% dari total wilayah permukaan. Jika
semua atap di perkotaan berwarna putih, suhu di perkotaan bisa dikurangi
hingga 1-1.5 derajat.
Bagi kota metropolis modern, memutihkan
atap memiliki banyak manfaat. Pertama, suhu permukaan yang lebih rendah
akan membuat kota lebih nyaman dan aman untuk ditinggali – baik di dalam
ruangan maupun di lingkungan sekitar. Saat kota Chicago di AS dilanda
gelombang panas pada 1995, 739 orang meninggal dunia. Sebagian besar
korban berasal dari mereka yang tinggal di bangunan-bangunan yang
beratap hitam.
Kedua, atap yang lebih dingin bisa
mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruangan.
Dengan mengubah atap menjadi putih, pemilik gedung dan penghuninya bisa
menghemat biaya listrik hingga 15%.
Yang terakhir, atap yang lebih dingin
bisa mengurangi efek perubahan iklim. Selain secara langsung mengurangi
emisi karbon melalui penghematan energi, efek “albedo” dari atap putih
bisa mencegah terperangkapnya panas yang akan meningkatkan efek rumah
kaca dan pemanasan global.
Penelitian Dr. Rosenfeld menemukan, jika
seluruh atap bangunan di perkotaan dicat warna putih, upaya itu akan
bisa mengurangi emisi karbon sebesar 24 juta ton. Hal ini setara dengan
menyingkirkan 300 juta mobil dari jalanan setiap tahun selama 20 tahun!
Nilai tambah lain proses pendinginan atap ini bisa dikombinasikan dengan sel-sel energi dan pemanas bertenaga surya.
High Desert Government Center di
California, telah menerapkan konsep ini sehingga mampu memenuhi 70%
kebutuhan energi gedung tersebut dari tenaga surya. Anda juga bisa
memanfaatkan atap sebagai lahan berkebun. Walau tidak memiliki efek
pendinginan sebesar atap yang berwarna putih namun konsep tersebut mampu
mengurangi suhu wilayah dan menjadi sumber bahan pangan bagi penduduk
lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar